Thursday, April 02, 2009

Dongeng Anak: Siapa yang bodoh?

Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang pesolek dan sangat suka mengenakan baju-baju baru. Demi untuk bajunya, dia menghabiskan banyak uangnya, sedikitpun ia tidak memikirkan pasukannya. Setiap hari setiap jam ia selalu mengganti busana baru. Dia suka berjalan-jalan ke taman dengan kereta kudanya hanya untuk memamerkan sejenak busana barunya.

Suatu hari, datanglah dua orang penipu yang mengaku sebagai pembuat baju yang hebat. Mereka mengatakan bahwa mereka pandai menenun dan membuat baju dengan kualitas yang sangat bagus, sampai tidak terbayangkan oleh siapapun. Corak dan motif kain ini bukan saja sangat indah, bahkan busana tersebut memiliki efek yang unik, yaitu setiap orang yang tidak pantas duduk sebagai pejabat pemerintah atau orang-orang yang bodoh, tidak dapat melihat pakaian ini.

Ketika mendengar hal itu, raja sangat tertarik.
“Itulah adalah baju yang paling aku suka!” begitu yang terlintas dalam benak raja.
“Dengan mengenakan baju itu, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang bodoh dalam kerajaanku, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang bodoh dan pintar."

Raja segera memerintah kedua orang itu untuk membuatkan baju baru untuk dirinya. Dia banyak menghabiskan uang tunai untuk kedua penipu ini. Mereka diberi sebuah ruangan khusus di istana, beserta benang-benang emas yang mereka minta. Kedua penipu itu menyembunyikan benang-benang emas yang mereka terima, kemudian berpura-pura sedang bekerja keras untuk membuat sebuah baju.

Kedua penipu ini memasang dua unit mesin tenun, lalu beraksi bagaikan sedang bekerja, tapi, di atas mesin tenun mereka tidak tampak sesuatu apapun. Mereka berulang kali meminta raja mengirimkan sutera dan emas untuk mereka. Mereka memasukkan semua ini ke kantung mereka sendiri, lalu berpura-pura sibuk bekerja hingga larut malam. Di atas kedua mesin tenun yang kosong melompong itu.

“Aku penasaran bagaimana hasil tenunan kain mereka,” pikir raja.

“Aku akan mengutus menteri senior untuk melihat pekerjaan tukang tenun itu,” kata raja.
“Dia pasti akan mengetahui bagaimana rupa kain itu, sebab dia bukan orang bodoh.”

Demikianlah menteri senior itu lalu berangkat ke lokasi kerja kedua penipu itu. Kedua penipu itu terus pura-pura sibuk bekerja di di atas mesin tenun yang kosong.

Kedua penipu itu memintanya mendekat, "Indah bukan? Lihatlah warna dan motif kainnya." kata penipu itu kepada menteri senior. Mereka menunjuk kedua mesin tenun yang kosong.

“Apa-apaan ini?” menteri senior itu kebingungan. Sang menteri senior itu membuka matanya lebar-lebar, tapi dia tidak melihat apapun, sebab memang tidak ada sesuatu apapun disana. “Aku tidak melihat apapun disini!” pikirnya. Akan tetapi dia tidak mau mengakuinya karena tidak ingin dianggap bodoh.

Maka ia pun memuji kedua penipu itu dan mengatakan bahwa baju yang mereka buat sangat indah. Setelah menteri keluar dari ruangan itu, kedua penipu tertawa terbahak-bahak.

Kedua penipu tersebut kembali meminta uang, sutera dan emas lebih banyak lagi. Alasan mereka untuk keperluan menenun kain. Mereka memasukkan semua itu ke dalam kantung mereka, tidak ada seuatas benangpun dipasang di atas mesin tenun. Tapi mereka terus saja sibuk di rak mesin yang kosong.

Tidak lama kemudian, raja mengutus pejabat yang lainnya untuk melihat pekerjaan tukang tenun itu, apakah kainnya sudah bisa segera diselesaikan. Nasibnya tidak jauh lebih baik dari menteri senior sebelumnya, ia mengamati dengan cermat, namun di atas ke dua mesin tenun itu kosong, ia tidak melihat sesuatu apapun. Tapi dia tidak akan membiarkan orang lain tahu kalau dia tidak bisa melihatnya, ia juga tak mau dianggap bodoh.

Akhirnya, raja bermaksud melihatnya sendiri pekerjaan kedua penipu tersebut. Beserta pengiringnya, raja berangkat ke tempat tinggal kedua penipu yang licik itu. Kedua penipu tersebut sedang menenun dengan lagak serius, tapi tidak tampak setitik bayanganpun di atas mesin tenun mereka.

“Coba anda lihat, indah bukan?” kata penipu tersebut.
“Silahkan paduka, corak dan motif yang begitu indah!” mereka menunjuk pada mesin tenun yang kosong itu.

Raja berusaha melihat keseluruh ruangan, tapi ia tidak melihat apa pun.
“Aku tidak melihat apapun! Ini benar-benar malapetaka! Apa benar aku orang yang bodoh? Apa aku tidak pantas menjadi raja? Ini adalah hal paling menakutkan yang belum pernah aku temui."

Untuk menutupi kebingungannya, Raja pun berpura-pura bisa melihat baju itu dan berkata, “Baju yang sangat indah, aku tidak sabar ingin segera memakainya”

“Saya sangat puas!” Lantas raja mengangguk-anggukan kepalanya menyatakan puas.

Ia pura-pura serius mengamati dengan cermat kain itu, sebab ia tidak mau mengatakan bahwa ia tidak melihat apapun.

Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!”

Keesokan harinya adalah hari dimana sang raja akan mengenakan baju barunya pada acara pawai keliling kota.

Raja membawa serombongan prajurit-prajurit yang paling elite ke tempat kedua penipu tersebut. Kedua penipu mengangkat tangan mereka, seperti memegang sesuatu. “Lihatlah, celana ini, ini mantel! ini jas!”.

"Baju ini halusnya seperti jaring laba-laba, orang yang mengenakannya akan merasa seolah-olah tidak memakai apapun. Iinilah keunikan busana ini.”

“Benar,” ujar para prajurit. Tapi, mereka tidak melihat apapun, sebab memang tidak tampak sesuatu apapun.

“Sekarang, mohon paduka melepaskan pakaian,” ujar kedua penipu itu, “kami akan mengganti pakaian untuk paduka di depan cermin ini.

Raja melepaskan semua pakaiannya. kedua penipu ini lalu pura-pura memberikan satu demi satu pakaian baru yang baru mereka jahit kepada raja. Mereka melakukan sesuatu sesaat di lingkar pinggang raja, seperti menambatkan sesuatu, "Ini adalah Slaebet, yaitu sepotong kain panjang yang ditarik kebelakang pakaian, ia (kain) itu adalah suatu dandanan bangsawan Eropa zaman feodal." kata penipu itu.

Raja berputar-putar di depan cermin, ia tetap saja tidak bisa melihat baju itu, dan ia merasa kedinginan. Tapi karena tidak ingin dibilang bodoh, raja pun berputar-putar di depan cermin dan mengagumi baju barunya, walaupun ia tidak melihat apa-apa. Semua pegawai kerajaan juga mengatakan bahwa baju baru itu sangat indah, karena mereka juga tidak ingin dianggap bodoh.

Para menteri yang harus menyangga slaebet raja, meraba kesana-kemari kain slaebetnya, bagaikan benar-benar memungut slaebet raja. Mereka tidak berani sampai diketahui orang lain kalau mereka benar-benar memang tidak melihat sesuatu apapun.

“Ya, Tuhan, pakaian ini begitu pas! Pola jahitan yang begitu indah!” ujar semua orang memuji.
“Semua orang sudah menyiapkan kubah (atap berbentuk payung) di luar, tinggal menungu sang raja, setelah itu bisa di buka dan berparade!” ujar petugas perayaan.

“Ya, saya sudah siap,” tandas Raja, "Apa pakaian ini pas di badan saya?” lalu raja berputar-putar sebentar di depan cermin. Raja ingin semua orang memandang dirinya dengan kagum karena pakaiannya yang indah.

Kedua penipu yang menyamar lalu berpamitan dan pergi dengan alasan akan membuatkan baju untuk raja dari kerajaan-kerajaan lain. Tentu saja, mereka tidak lupa membawa sutera dan benang-benang emas yang telah mereka sembunyikan, beserta uang emas upah membuat baju.

Begitulah, raja berparade di bawah kubah yang megah itu.

Seluruh rakyat telah mendengar bahwa raja akan mengenakan baju baru yang spesial hari itu. Saat sang raja muncul, semuanya terkejut. Akan tetapi mereka juga telah mendengar kabar bahwa baju baru yang spesial itu hanya dapat dilihat oleh orang yang pintar saja, dan karena mereka tidak ingin dianggap bodoh, mereka pun berseru-seru memuji sang raja.

“Astaga, busana baru raja benar-benar indah!"
"Betapa indahnya slaebet bawah di pakaian atasnya!"
"Pakaiannya begitu pas!”
Siapapun tidak mau sampai diketahui kalau diri sendiri tidak melihat apapun.

Mendadak terdengar suara anak kecil berteriak, “Tetapi, raja kan tidak pakai baju, sang raja telanjang!”

Semua terdiam.
Semua orang berbisik-bisik mendengar ucapan bocah polos ini.

Raja pun menyadari bahwa anak kecil itu berkata jujur. Ia merasa malu tapi karena congkaknya ia tetap tidak mau mengakui. Dengan sedikit gemetar dan terburu-buru, raja kembali ke istana.

Moral of the story:
Kita sering merasa malu untuk mengakui kekurangan dan kesalahan kita. Dengan congkak dan angkuh tetap kukuh bertahan, maka yang terlihat adalah kebodohan kita dan banyak orang yang akan memanfaatkan kelemahan itu. Maka, jujur kepada diri sendiri adalah sifat paling pemberani.

(Sumber Minghui-net)

No comments: